Topik Bahasan
Gereja selalu berada di tengah masyarakat dengan segala pergumulan dan dinamika riil-nya. Gereja tidak pernah terlepas dari masyarakat. Gereja yang adalah milik Allah dan bertanggungjawab kepada Allah, diutus untuk menjadi bagian dari dunia. Gereja dipanggil untuk hadir dan sekaligus menghadirkan Allah kepada umat dan dunia.
Dalam konteks sebagai umat Kristen di Indonesia, gereja dipanggil sebagai penyuara kebenaran di tengah kebobrokan, dan sekaligus di sisi lain sebagai sahabat dan kawan seperjalanan bagi anak bangsa lain di dalam realita kemajemukan suku, ras, dan bahkan iman.
Namun perlu diakui, bahwa hingga dewasa ini, sumbangsih gereja bagi bangsa Indonesia masih bisa dibilang belum terlalu signifikan. Gereja dan umat Kristen di Indonesia seolah masih kikuk dan gagap untuk ambil bagian dalam dinamika berbangsa, bahkan setelah 70 tahun Indonesia merdeka, atau setelah 21 tahun peristiwa reformasi 1998.
Terdapat sikap ekstrem yang dapat menjebak gereja:
- Memandang diri sebagai orang-orang pilihan / orang–orang kudus yang tidak pantas bercampur dengan dunia yang kotor dan berdosa. Mereka menarik diri, enggan terlibat dalam hal – hal duniawi, dan hanya peduli pada hal – hal surgawi saja.
- Gereja yang mementingkan keharmonisan dan kedamaian dengan anak bangsa lainnya, berupaya berbaur dan menyesuaikan diri dalam kemajemukan, namun tanpa disadari menjadi kehilangan jati diri dan identitas mereka sebagai pengikut Kristus.
Seminar ini bertujuan untuk membangun konsep berteologia gereja dan umat yang dapat sekaligus mencapai dua tujuan, yaitu di satu sisi meneguhkan kekhususan dan keyakinan umat akan identitas dan jati dirinya sebagai umat Allah yang diselamatkan oleh anugerah dalam Yesus Kristus, dan di sisi lain mampu mendorong umat untuk keluar ke dunia yang majemuk dengan semangat kasih yang tulus dan dalam paradigma kesetaraan antar umat manusia. Para narasumber akan memaparkan pergulatan dan refleksi mereka dalam menjawab dua sisi kebutuhan ini, dan sekaligus menawarkan solusi teologis atasnya.
- Bagaimana tradisi dan doktrin Calvinisme membentuk jati diri gereja Calvinis di Indonesia dalam bermasyarakat?
- Bagaimana evaluasi terhadap peran gereja – gereja Calvinis di tengah masyarakat saat ini?
- Apakah teologia keselamatan Calvin yang bersifat eksklusif memerlukan kontekstualisasi lebih lanjut agar gereja dapat bersikap lebih inklusif di tengah masyarakat plural?
- Adakah konsep berteologia yang dapat menyelaraskan antara teologia keselamatan yang eksklusif konservatif, dengan teologia sosial plural yang lebih kontekstual?
- Bagaimana permasalahan ini coba dijawab dalam rumusan Konfesi GKI 2014?
Teknis Kegiatan
Hari/Tanggal | Sabtu/11 Januari 2020 |
Waktu | 09:00 s/d 15:00 WIB |
Tempat | GKI Manyar Ruang Kebaktian Umum Jl. Manyar Tirtoasri VII No.2 Surabaya |
Narasumber | Pdt. Yakub Tri Handoko, S.Th., M.A., Th.M. Pdt. Joas Adiprasetya, Th. D. |
Moderator | Pdt. Lindawati Mismanto, S.Th., M.Min. |
Daftar Sesi
Waktu | Menit | Deskripsi |
---|---|---|
09:00 – 09:30 | 30′ | Pendaftaran ulang |
09:30 – 09:45 | 15′ | Pembukaan oleh Pdt. Lindawati Mismanto |
09:45 – 10:45 | 60′ | Sesi 1: Sudut pandang Calvin |
10:45 – 11:00 | 15′ | Coffee break |
11:00 – 12:00 | 60′ | Sesi 2: Sudut pandang GKI |
12:00 – 12:45 | 45′ | Makan Siang |
12:45 – 13:15 | 30′ | Sesi 3: Tanggapan oleh Pdt. Joas Adiprasetya |
13:15 – 13:45 | 30′ | Sesi 4: Tanggapan oleh Pdt. Yakub Tri Handoko |
13:45 – 14:45 | 60′ | Tanya Jawab |
14:45 – 15:00 | 15′ | Kesimpulan dan Penutup |