Alkitab memerintahkan generasi terdahulu untuk mengajarkan firman Tuhan secara turun-temurun. Generasi yang terkemudian juga diundang untuk membuka hati dan telinga terhadap firman Tuhan dan nasihat. Bagaimana penatalayanan gereja dapat memfasilitasi terjadinya perjumpaan antar generasi yang mentransformasi kehidupan orang-orang percaya?
Pdt. Aditya Christo Saputro, S.Si.Teol. (GKI Manyar)
Bayangkan gereja di mana orang dewasa diperlengkapi agar menjadi teladan dan pembimbing rohani bagi anak-anaknya. Gereja di mana generasi opa dan oma dapat terlibat dalam pelayanan bersama dengan generasi anak-cucunya. Gereja di mana bahkan anak-anak dapat menjadi berkat dan teladan bagi orang tuanya dalam kasih mereka yang tanpa syarat kepada Tuhan. Gereja di mana antar keluarga yang satu dengan keluarga yang lain dapat berkomunitas, berbagi, saling meneguhkan dalam menjalani kehidupan berumah tangga, bergereja, berkarya di dunia dan masyarakat.
Saat ini kebanyakan gereja, termasuk gereja kita, masih menerapkan pola pembinaan kategorial yang berjalan sendiri-sendiri; Komisi Anak, Komisi Pemuda Remaja, Komisi Dewasa, dan Komisi Senior. Pola pembinaan kategorial tersebut tentu baik, akan tetapi akan lebih baik apabila gereja menyempurnakan pola tersebut agar jemaat tidak terkotak-kotak. Bahkan menurut beberapa pengamatan, pertumbuhan spiritualitas dapat terjadi dengan lebih baik pada pola pembinaan intergenerasi (antar generasi).
Topik Gereja Antar Generasi membahas mengenai bagaimana gereja di mana jemaatnya yang terdiri atas berbagai generasi, bisa saling berbagi, saling menginspirasi, saling meneladani, dan saling melayani antara generasi satu dengan lainnya, dalam perjalanan pertumbuhan iman dan karya pelayanannya.
Gereja adalah keluarga?
Kami mengundang secara khusus bagi para pemimpin dan pengambil keputusan strategis di gereja, yaitu para Penatua, Pengurus Badan Pelayanan, dan aktivis, untuk hadir pada Seminar Gereja Antar Generasi yang diselenggarakan Sabtu 7 September 2019 mulai pukul 18:00 WIB.